BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Cacat bawaan adalah suatu kelainan/cacat
yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun mental. Cacat bawaan dapat disebabkan
akibat kejadian sebelum kehamilan, selama kehamilan dan saat melahirkan atau
masa perinatal. Cacat ini dapat akibat penyakit genetik, pengaruh lingkungan
baik sebelum pembuahan (bahan mutagenik) maupun setelah terjadi pembuahan
(bahan teratogenik).
Bila cacat bawaan terutama malformasi
multipel disertai dengan retardasi mental dan kelainan rajah tangan
(dermataoglifi) memberikan kecurigaan kelainan genetik (kromosomal). Penyakit
genetik adalah penyakit yang terjadi akibat cacat bahan keturunan pada saat
sebelum dan sedang terjadi pembuahan. Penyakit genetik tidak selalu akibat
pewarisan dan diwariskan, dapat pula terjadi mutasi secara spontan yang
dipengaruhi oleh lingkungan. Penyakit infeksi dalam kandungan, pengaruh
lingkungan seperti radiasi sinar radioaktif dan kekurangan/kelebihan bahan
nutrisi juga dapat menyebabkan cacat bawaan.
Kelainan bawaan
pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Diantaranya
meningokel dan ensefalokel.Meningokel dan ensefalokel merupakan kelainan bawaan
di mana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang
pada tengkorak atau tulang belakang.
Meningokel biasanya terdapat pada daerah
servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak,
sedangkan korda tetap dalam korda spinalis ( dalam durameter tidak terdapat
saraf). Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan
sensorik dan motorik dan bayi akan menjadi normal.
Ensefalokel
biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada bagian ini terdapat kantong berisi
cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak. Ensefalokel akan berkaitan dengan
kelainan mental yang berat meskipun sudah dilakukan operasi.
B. Tujuan
Untuk mengetahui
kelainan
bawaan dan penatalaksanaan Meningoke dan Encefalokel
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Meningokel
1. Definisi
Meningokel adalah salah
satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens
yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu
benjolan berisi cairan dibawah kulit. Spina bifida (sumbing tulang belakang)
adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian
dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh
(Wafi Nur, 2010).
Meningokel terbentuk
saat meninges berherniasi melalui defek pada lengkung vertebra posterior.
Medulla spinalis biasanya normal dan menerima posisi normal pada medulla
spinalis, meskipun mungkin terlambat, ada siringomielia, atau diastematomielia.
Massa linea mediana yang berfluktuasi yang dapat bertransiluminasi terjadi
sepanjang kolumna vertebralis, biasanya berada dipunggung bawah. Sebagian meningokel
tertutup dengan baik dengan kulit dan tidak mengancam penderita (Behrman dkk,
2000).
Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina
bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit. Spina
bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal
menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Meningokel merupakan kelainan
kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya terletak di garis tengah.
Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah
atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda
spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan
sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah operasi. (IKA-FKUI.
Hal-1136).
Meningokel
adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina bifida dan
terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh
kulit yang sangat tipis. (Prinsip Keperawatan
Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283).
2. Etiologi
Penyebab
terjadinya meningokel adalah karena adanya defek pada penutupan spina bifida
yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau
penutupnya, biasanya terletak di garis tengah. Resiko melahirkan anak dengan
spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama terjadi
pada awal kehamilan.
Meningokel terbentuk saat meninges
berherniasi melalui defek pada lengkung vertebra posterior. Medulla spinalis
biasanya normal dan menerima posisi normal pada medulla spinalis, meskipun
mungkin terhambat, ada siringomeielia. Meningokel membentuk sebuah kista yang
diisi oleh cairan serebrospinal dan meninges. Massa linea mediana yang
berfluktuasi yang dapat bertaransiluminasi terjadi sepanjang kolumna
vertebralis, biasanya terjadi dibawah punggung. Sebagian bessar meningokel
terutup dengan baik dengan kulit dan tidak mengancam penderita. Pemeriksaan
neurologis yang cermat sangat dianjurkan.
Penyebab spesifik dari meningokel atau belum
diketahui. Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam
terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah
konsepsi. Hal- hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar
vitamin maternal rendah, termasuk asam
folat dan hipertermia selama kehamilan.
Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika wanita
bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat. (buku saku
keperawatan pediatric Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002)
Kelainan konginetal
SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup.
Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan
morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai
makna klinis yang kecil dan hanya dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang
ditemukan secara kebetulan. (Patologi Umum Dan Sistematik Vol 2, J.C.E.
Underwood. 1999. )
Gangguan pembentukan komponen janin
saat dalam kandungan. Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan
kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau
gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau
bagian bawahnya.
3. Penyebab
Risiko melahirkan anak
dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama
yang terjadi pada awal kehamilan.
Penonjolan dari korda
spinalis dan akar syaraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada
bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau dibagian bawahnya.
Gejalanya tergantung
kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi di punggung bagian
bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena penutupan vertebra di bagian ini
terjadi paling akhir. Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada
penderita spina bifida: hidrosefalus , siringomielia, serta dislokasi pinggul.
4. Gejala
Gejalanya bervariasi,
tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang
terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang
lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis
maupun akar saraf yang terkena (Wafi Nur, 2010).
Terdapat tiga jenis spina bifida yaitu:
a. Spina
bifida okulta merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya
(meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel
yaitu meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit.
c. Mielokel
merupakan jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol
dan kulit diatasnya tempak kasar dan merah.
Gejala dari spina
bifida, umumnya berupa penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai
bawah pada bayi baru lahir, jika di sinari, kantung tersebut tidak tembus
cahaya, kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan
sensasi, inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja, korda spinalis
yangt terkena rentan terhadap infeksi (meningitis). Gejala pada spina bifida
okulta adalah seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
lekukan pada daerah sakrum.
5. Diagnosis
Diagnosis spina bifida,
termasuk meningokel ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut
triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma
down dan kelainan bawaan lainnya.
Sebanyak 85 % wanita
yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa
fetoprotein yang tinggi. Tes ini meliliki angka positif palsu yang tinggi,
karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina
bifida. Kadang-kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairanm ketuban).
Setelah bayi lahir,
dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi
kelainan, pemeriksaan USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada
korda spinalis maupun vertebra, serta pemeriksaan CT-Scan atau MRI tulang
belakang kadang-kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan
(Wafi Nur, 2010).
Pemeriksaan neurologis
yang cermat sangat dianjurkan. Anak yang tidak bergejala dengan pemeriksaan
neurologis normal dan keseluruhan tebal kulit menutup meningokel dapat menunda
pembedahan. Sebelum koreksi defek dengan pembedahan penderita harus secara
menyeluruh diperiksa dengan menggunakan rontgenogram sederhana, ultrasonografi,
dan tomografi komputasi (CT) dengan metrizamod atau resonansi magnetik (MRI)
untuk menentukkan luasnya keterlibatan jaringan syaraf jika ada dan anomali
yang terkait, termasuk diastematomelia, medulla spinalis terlambat dan lipoma.
Penderita dengan kebocoran cairan serebrospinalis (CSS) satu kulit yang
menutupi tipis harus dilakukan pembedahan segera untuk mencegah meningitis.
Scan CT kepala dianjurkan pada anak
dengan meningokel karena kaitannya dengan hidrosefalus pada beberapa kasus.
Meningokel anterior menonjol ke dalam pelvis melalui defek pada sakrum (Behrman
dkk, 2000).
6. Pengobatan
dan Penanganan
Tujuan dari pengobatan
awal spina bifida, termasuk meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida, meminimalkan
komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi
kelainan ini. Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan
untuk menutup lubang yang terbentuk dan
untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan
bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.
Terapi fisik dilakukan
agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk
mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya,
diberikan antibiotik. Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa
dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang
harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang
air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Untuk mengatasi gejala
muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi
(bedah tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai
dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang pembedahan
shunting untuk memperbaiki hidrisefalus akan menyebabkan berkurangnya mielimeningokel
secara spontan.
Penatalaksanaan:
a.
Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator
dengan kondisi tanpa baju.
b.
Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya
besar untuk mencegah infeksi.
Berkolaborasi dengan dokter anak,
ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tidakan
pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent.
Penanganan yang dapat dilakukan pada kelainan
ini, antara lain :
a. Untuk
spina bifida atau meningokel tidak diperlukan pengobatan
b. Perbaikan
mielomeningokel, kadang-kadang meningokel, melalui pembedahan diperlukan
c. Apabila
dilakukan perbaikan melalui pembedahan, pemasangan pirau (shunt) untuk
memungkinkan drainase CSS perlu di lakukan untuk mencegah hidrosefalus dan
peningkatan tekanan intrakranial selanjutnya
d. Seksio
sesarea terencana sebelum mulainya persalinan dapat penting dalam mengurangi
kersakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek medula spinalis
(Corwin, 2009).
7. Pencegahan
Risiko terjadinya spina
bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat
pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena
kelainan ini terjadi sangat dini.
Kepada wanita tang berencana untuk hamil
dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam
folat pada wanita hamil 1 mg/hari.
B. Ensefalokel
1. Pengertian
Ensefalokel adalah
suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonolan meningens
(selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang
pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf
selama perkembangan janin.
2. Etiologi
Ada
beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor usia ibu
yang terlalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola makan yang
tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun hamil, ibu sangat disarankan
mengonsumsi asam folat dalam jumlah cukup.
Encefalokel
disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
Kegagalan penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan
tulang cranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama
kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH, mutasi
gen (terpapar bahan radiologi), obat – obatan yang mengandung bahan yang
terotegenik.
Ensefalokel
disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian occipitalis,
kadang – kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.
3. Gejala
Gejala dari ensefalokel, antara lain
berupa :
a. Hidrosefalus
b. kelumpuhan
keempat anggota gerak (kuadriplegia stastik).
c. Mikrosefalus
d. gangguan penglihatan, keterbelakangan mental, dan
pertumbuhan.
e. Ataksia
f. kejang.
Beberapa anak memiliki kecerdasan yang
normal. Ensefalokel seringkali disertai dengan kelainan kraniofasial atau kelainan
otak lainnya.
4. Penanganan
Biasanya dilakukan
pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang
tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi.
Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu shunt. Pengobatan lainnya
bersifat simtomatis dan suportif.
Penanganan Pra Bedah:
a.
Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus
dikenakan kasa steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang
terpapar harus ditutpi kasa steril yang tidak melekat untuk mencegah jaringan
saraf yang terpapar menjadi kering.
b.
Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan
khusus pada saat mempertahan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada
beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah
kehilangan panas yang dapat terjadi akibat
permukaan lesi yang basah.
c.
Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
d.
Akan diminta X-Ray medulla spinalis.
e.
Akan diambil photografi dari lesi.
f.
Persiapan operasi.
g.
Suatu catatan aktifitas otot pada anggota gerak bawah
dan sringter anal akan dilakukan oleh fisioterapi.
h.
Pembedahan medulla spinalis yang terpapar ditutupi
dengan penutup durameter dan kulit dijahit diatas dura yang diperbaiki. Jika
celah besar, maka perlu digunakan kulit yang lebih besar untuk menutupi cacat.
Pada bayi ini drain sedot diinsersikan dibawah flap.
Perawatan
pasca bedah
a.
Pemberian makan pr oral dapat diberikan 4 jam setelah
pembedahan.
b.
Jika ada drain penyedotan luka makan harus diperiksa
setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan
terjaganya tekanan negatif dan wadah.
Lingkar kepala diukur dan dibuat
grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan awal
dalam pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini
berlanjut dan terjadi perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi
yang sesuai.
5. Prognosis
Prognosis tergantung
kepada jaringan otak yang terkena, lokasi kantung dan kelainan otak yang
menyertainya.
6.
Pencegahan
Bagi ibu
yang berencana hamil, ada baikya mempersiapkan jauh jauh hari. Misalnya,
mengkonsumsi makanan bergizi serta menambah suplemen yang mengandung asam
folat. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa
menyerang bayi.
Sumber asam
folat banyak didapatkan dari:
a.
Sayuran seperti bayam, asparagus, brokoli, lobak
hijau, selada romaine, kecambah.
b.
Kacang segar atau kering, kacang polong, gandum, biji
bunga matahari. Produk biji-bijian yang diperkaya (pasta, sereal, roti)
c.
Buah-buahan seperti: jeruk, tomat, nanas, melon ,
jeruk bali, pisang, strawberry, alpukat, pisang
d.
Susu dan produk susu seperti keju yoghurt.
e.
Hati
f.
Putih Telur
Salah satunya, encephalocele atau
ensefalokel. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak
yang menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki
kelainan kraniofasial yang terjadi. Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat
suatu shunt. Pengobatan lainnya bersifat, simtomatis dan suportif. Prognosisnya
tergantung kepada jaringan otak yang terkena, lokasi kantung dan kelainan otak
yang menyertainya.
ASUHAN
KEBIDANAN
PADA
BAYI NY.W
DENGAN ENCEFALOKEL
Tanggal Masuk : 12 Oktober 2012
Tempat : Rumah Sakit Citra Asih
No. Register : 3422560
I.
PENGUMPULAN DATA DASAR
A. IDENTITAS
Nama Bayi : An. B
Umur bayi : 2 minggu
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak ke : 1
Nama Ibu :
Ny.W
Umur :
30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan : D4
Pekerjaan : Dosen
Alamat :
Desa Tegalpingen Rt 01 Rw
05, Manokwari
Nama Ayah : Tn. E
Umur :
35 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan : D4
Pekerjaan : Dosen
Alamat :
Desa Tegalpingen Rt 01 Rw 05, Manokwari
B. DATA
SUBJEKTIF
1. Keluhan
Utama
Ibu mengatakan anaknya mengalami seperti
benjolan tumor di kepala, rewel.
2. Riwayat
Kesehatan Anak
a. Data
Kesehatan Sekarang
Pada kepala bayi terdapat benjolan
seperti tumor
b. Riwayat
Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan bayi mengalami benjolan
di kepala sejak lahir dan belum pernah dibawa ke rumah sakit
c. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam anggota keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit
menular, kronis maupun menurun seperti
diabetes, jantung.
3. Riwayat
Persalinan
a. Tanggal Lahir : 28
September 2012
b. Jenis Persalinan : SC
c. Lama Persalinan: 2 jam
d. Penolong : Dokter
e.
Penyulit :Ada (kesulitan
persalinan dalam pengeluaran kepala karena terdapat benjolan.)
f. Berat badan : 3500
gram
h. Lingkar Kepala : 45 cm
i. Lingkar Dada : 35 cm
4. Riwayat
Imunisasi
Ibu mengatakan An. B telah diberikan
imunisasi Hb
O
Uniject pada tanggal
22
September 2012 pukul 17.00 WIB
di Rumah Sakit Citra Asih.
5. Data
Pemenuhan Sehari-hari
No
|
Pola
|
Sebelum
|
Sesudah
|
1.
|
Nutrisi
|
ASI
|
ASI
|
2.
|
Eliminasi
|
·
BAB 1x sehari
·
BAK 14 x sehari
|
·
BAB 1x sehari
·
BAK 14 x sehari
|
3.
|
Aktivitas
|
Bayi cenderung pasif karena adanya benjolan di
kepala.T idur, menyusu, menangis.
|
Bayi mulai sedikit aktif. Tidur, menyusu, menangis.
|
4.
|
Istirahat
|
Bayi tidur sehari 12 jam
|
Bayi tidur sehari 16 jam
|
C. DATA
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan
Umum
Suhu :
37 o C
Pernafasan : 40
x/menit
Nadi :
135
x/menit
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Kepala : Kulit
kepala bersih, terdapat benjolan seperti tumor, rambut hitam.
b. Mata : Simetris, konjungtiva pucat, tidak ikterus, sclera putih.
c. Hidung:
Simetris,
tidak ada peradangan
d. Mulut : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada labioskitis atau palatoskitis
e. Telinga:
Daun telinga simetris, tidak terdapat peradangan
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun
vena jugularis
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
h. Perut :
Tidak
ada pembengkakan hepar
i.
Ekstremitas atas dan bawah: Lumpuh (kuadriplegia static), jari lengkap, tidak sianosis
j.
Genitalia: Normal, testis sudah masuk ke skrotum, jumlah 2.
3. Pemeriksaan
Tumbuh kembang
Aktifitas:
Tidur, menyusu, mengangis.
4. Pemeriksaan
penunjang
Laboratorium : -
Lain-lain : X-Ray
Photografi lesi
II.
INTERPRETASI DATA
Dx :
By.
B
umur 2 minggu
dengan encefalokel.
Data Dasar:
Ds : Ibu mengatakan bayinya sejak
lahir terdapat benjolan di kepala seperti tumor.
Do :
Hasil Pemeriksaan TTV
Suhu :
37 o C
Pernafasan : 40 x/menit
Nadi : 135 x / menit
Hasil pemeriksaan fisik: Jenis kelamin laki-laki, terdapat benjolan pada
kepala, pernafasan lancar 40x/menit, denyut jantung 135x/menit, suhu 37oC.
III.
DIAGNOSA POTENSIAL
Bayi
mengalami kelainan neurologis, lumpuh pada ekstrimitas, gangguan penglihatan.
IV.
RENCANA TINDAKAN
Dx :
An. B umur
20 hari dengan encefalokel.
1. Jelaskan
pada ibu dan keluarga
bagaimana keadaan bayi
2. Lakukan
pemeriksaan TTV
3. Lakukan pemantauan keadaan umum bayi
4. Lakukan
persiapan pada pasien untuk
dilakukan operasi
5. Lakukan perawatan pada daerah operasi pasca operasi
6. Pantau TTV dan kesadaran pasca operasi
V.
IMPLEMENTASI
Tanggal :
12 Oktober 2012 Jam
: 10.00 WIB
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi
2. Melakukan pemeriksaan TTV
3. Memantau keadaan umum bayi
4. Melakukan
persiapan untuk melakukan
operasi
Tanggal : 13
Oktober 2012 Jam : 08.00 WIB
1. Memantau TTV dan kesadaran pasca operasi
2. Melakukan perawatan pada daerah operasi
pasca operasi
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi
VI.
EVALUASI
Tanggal : 12
Oktober 2012 Jam : 10.30 WIB
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui keadaan bayi
2. Hasil
pemeriksaan TTV dengan N : 135 kali/menit, RR : 40x/menit, Suhu : 37o C.
3. Keadaan umum kurang baik.
4. Telah dilakukan persiapan operasi.
Tanggal : 13
Oktober 2012 Jam : 08.30
1. Telah dilakukan pemantauan TTV dengan hasil : N :
130x/menit, RR : 35x/menit, Suhu : 37o C.
2. Telah dilakukan perawatan pada daerah operasi pasca
operasi.
3. Ibu dan keluarga telah mengetahui keadaan bayi.
4. Memberitahu jadwal control selanjutnya yaitu 1 minggu
kemudian.
DATA PERKEMBANGAN
Tanggal : 19 Oktober 2012 Jam : 11.00
S :Ibu mengatakan keadaan bayi sudah lebih
baik, luka pasca operasi sudah mulai kering, sudah mulai aktif bergerak, sudah mulai bisa mengangkat
kepalanya sendiri.
O : Bayi sudah terlihat lebih baik dari
sebelumnya, sudah tidak
terdapat benjolan di kepala.
Suhu :
36,8 o
C
Pernafasan : 46x/menit
Nadi : 130x/menit
A : Bayi dengan riwayat ensefalokel.
P :
Perawatan luka pasca operasi,
perawatan bayi sehari-hari, pemenuhan nutrisi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra
yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Penyebab
terjadinya meningokel adalah karena adanya defek pada penutupan spina bifida
yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau
penutupnya, biasanya terletak di garis tengah. Resiko melahirkan anak dengan
spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama terjadi
pada awal kehamilan. Gejalanya bervariasi, tergantung
kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Diagnosis spina bifida, termasuk
meningokel ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Tujuan dari pengobatan awal spina
bifida, termasuk meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida, meminimalkan
komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi
kelainan ini. Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan
untuk menutup lubang yang terbentuk dan
untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan
bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida. Terapi
fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi
otot. Risiko
terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kepada wanita tang berencana untuk
hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan
asam folat pada wanita hamil 1 mg/hari.
Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung
saraf yang ditandai dengan adanya penonolan meningens (selaput otak) dan otak
yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ada
beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor usia ibu
yang terlalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola makan yang
tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat. Gejala dari ensefalokel, antara
lain berupa : hidrosefalus, kelumpuhan keempat anggota gerak
(kuadriplegia stastik),
mikrosefalus, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental, dan pertumbuhan,
ataksia, kejang. anya dilakukan pembedahan untuk
mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang
kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi. Bagi ibu yang berencana hamil, ada baikya
mempersiapkan jauh jauh hari. Misalnya, mengkonsumsi makanan bergizi serta
menambah suplemen yang mengandung asam folat.
B.
Saran
Meningokel dan ensefalokel merupakan kelainan yang berbahaya dan
berdampak buruk pada perkembangan anak selajutnya, maka sebagai tenaga
kesehatan (bidan) harus mengetahui dan memahami tentang etiologi, penyebab,
penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Behrman,
Richard E dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi.
Jakarta: EGC
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya